Rabu, 30 April 2014

Hargai Dan Jaga Perasaan Pasangan

Salah satu penyebab terjadinya pertengkaran dalam sebuah hubungan adalah kesalah-pahaman. Setuju ya?. Dan kesalah-pahaman ini bukan hanya terjadi pada saat masa pacaran melainkan juga terjadi dalam rumah tangga.

Well, karena saya belum berumah tangga, jadi saya akan bahas tentang masa pacaran.

Memiliki pasangan atau status pacaran, berarti memiliki komitmen bersama yang dimana ada beberapa etika dalam hubungan yang memang harus dijaga dan dihargai.

Khususnya bagi wanita, jika Anda siap berkomitmen dengan seseorang (pria), berarti Anda harus siap menjaga jarak dengan setiap pria yang mendekati Anda. Dari segi persahabatan maupun dari segi pertemanan biasa. Kenapa?. Karena status Anda adalah sedang menjalin sebuah hubungan dengan seseorang dan Anda harus siap menjaga perasaan seseorang yang Anda terima cintanya.

Sedangkan bagi pria, tidak ada yang berbeda dengan wanita. Anda harus siap menjaga jarak pertemanan maupun persahabatan dengan teman-teman wanita Anda baik di kantor maupun dalam lingkungan pergaulan.

Jaman sekarang, banyak pasangan yang kurang mampu menghargai perasaan pasangannya yang dimana berdasarkan riset, hal tersebut dikarenakan pergaulan dari lingkungannya.

Saya ingin memberikan sebuah contoh dalam bentuk pertanyaan seperti ini, “Apakah wajar jika Anda memiliki pasangan, tetapi Anda berfoto-foto centil atau saling rangkulan berdua dengan pria/wanita lain?”

Bagi sebagian orang, beranggapan “Itu Cuma pertemanan biasa”, “Itu hanya sebatas professionalitas”, dan sebagainya.
Sedangkan jika orang lain melihat foto tersebut atau melihat langsung pergaulan Anda, maka orang lain dapat menyimpulkan “Apakah itu pacarnya?” yang padahal bukan pasangan Anda. Jika itu terjadi, pernahkah memiliki pemikiran atau pertanyaan seperti ini,
“Apa yang terjadi jika pasangan saya tahu?” atau “Bagaimana perasaan pasangan saya ketika saya melakukan hal tersebut?”.

Hampir semua pasangan yang melakukan hal tersebut, menyembunyikan dari pasangannya dan itu adalah hal yang salah. Kenapa?. Dalam menjalin sebuah hubungan, keterbukaan adalah yang terpenting. Keterbukaan yang saya maksud, sudah termasuk kejujuran.

Ok, itu berdasarkan dari pertemanan dan persahabatan.

Bagaimana dengan keluarga?.Sering saya temui dan tidak sedikit pasangan yang saling menyembunyikan keadaan keluarganya. Yang jadi pertanyaan adalah “Apakah itu benar atau salah?” dan jika itu yang Anda tanyakan ke saya, maka saya akan menjawab, “Tergantung”. Kenapa?. Karena setiap permasalahan keluarga tentunya memiliki privacy tersendiri.
Tetapi ada hal yang memang harus Anda diskusikan bersama pasangan, bukan menyembunyikan. Kecuali Anda tidak yakin kalau pasangan Anda saat ini adalah yang terbaik untuk masa depan Anda.

Bayangkan seperti ini “Jika suatu saat ternyata masalah keluarga Anda ketahuan oleh pasangan Anda dan rasa shock yang diterima oleh pasangan Anda, maka apakah Anda yakin dia akan terima apa adanya?”. Berbeda dengan jika Anda telah menceritakan garis besar permasalahan keluarga yang dimana nantinya Anda dapat melihat apakah pasangan Anda terima apa adanya atau malah menjauh.It’s Simple!

Memang tidak mudah menjaga perasaan pasangan, akan tetapi jika saling menghargai dan saling menjaga perasaan, sebuah hubungan akan berjalan dengan langgeng. Kenapa? Karena tidak ada ketertutupan atau kebohongan dalam diri masing-masing.

Bertengkar karena sebuah kejujuran itu lebih baik daripada bertengkar karena sebuah kebohongan atau karena ketertutupan diri (ketahuan di akhirnya).

Bertengkar karena sebuah kejujuran, pada akhirnya akan berakhir dengan saling memahami dan saling menyayangi. Tapi jika bertengkar karena kebohongan atau karena ketertutupan diri, pada akhirnya akan berakhir dengan END Relationship (depends in case).

Mulai bangun sikap saling menghargai dan menjaga perasaan pasangan Anda. Jika Anda yang baca tulisan ini, merasa ada kesalahan dalam hubungan Anda dan lelah karena pertengkaran yang tidak jelas, maka sudah waktunya Anda mencari waktu untuk menyelesaikan permasalahan dengan keterbukaan dan saling menceritakan permasalahan yang ada dalam hubungan Anda.

“Menjalin hubungan yang dilandasi kejujuran, lebih indah dan tenang daripada menjalani hubungan yang penuh teka-teki dan kecurigaan”

Jumat, 18 April 2014

DUA..!!


Sebelum peristiwa manis itu dimulai beberapa bulan dan pekan lalu, aku tahu hari itu akan cepat berlalu. Maka aku merekam segalanya dalam ingatan. Sebut saja ini firasat, sebelum perpisahan bergerak lebih cepat.
Senyummu itu sumber kekagumanku, ratusan hari aku duduk di sebelahmu dan menikmati hal yang satu itu. Lagi-lagi tanpa kamu tahu. Bahumu adalah pelabuhan tempat kepalaku selalu ingin terjatuh tak sengaja. Dan hari itu aku melakukannya. Semesta mengirimkan lagi bahasa-bahasa yang tak kumengerti, seperti kau ingin terculik pergi. 

Semula, semua berjalan lebih dari baik-baik saja. Senyummu dari hati, senyumku lebih gembira lagi. Namun, bahagia yang berlebihan selalu punya harganya sendiri. Barangkali dengan kepergianmu, baru bisa kulunasi.
Kamu dekat tapi terasa lebih jauh dari yang terlihat. Kamu ada tapi terasa lebih tiada dari kenyataannya. Ah, bahkan perasaanku saja sudah bisa mengira, bahagia di dekatmu seperti ini bukan untuk selamanya. Semesta semestinya tahu, menoleh pada yang selain kamu bukan keahlianku. Semesta sudah pasti tahu, memang langkahku tak seharusnya mengarah padamu.

Aku tak selalu mengerti semesta, dengan segala permainannya. Aku lebih tak mengerti kamu, dengan perhatian sementaranya. Hingga akhirnya aku semakin tak mengerti tentang kebersamaan yang belum tergapai, namun sudah harus selesai. Kamu hadir tiba-tiba, tanpa aba-aba. Kemudian pergi tanpa mengucap apa-apa. Paling tidak, beri aku pemberitahuan, supaya aku tahu hatimu telah pindah haluan. Paling tidak, beri aku tamparan, supaya aku tahu bahwa kita sudah tak lagi miliki harapan.

Hari ini adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati menginginimu jadi penghuni. Ingin rasanya meleraikan pikirku tentang ketidakmungkinan yang mengada-ada dalam kepala. Tapi firasat bekerja terlalu baik, terlahir dari katamu hingga sampai ke firasatku berkata benar.
Sakitku lebih perih dari serangkai aksara ini. Aku tidak apa-apa dengan retaknya hati yang terlalu tiba-tiba. Tapi mengapa harus lahir peristiwa beberapa bulan dan pekan lalu yang begitu manis? Itukah tujuanmu menyakitiku dengan manis?
Ingin rasanya lari sejauh mungkin, menghindar dari pemandangan di depanku. Dan terjun dalam lautan airmata sebebas-bebasnya. Selepas-lepasnya.

Apa ini yang seharusnya terjadi padaku? Yang seperti ini? Mencintai tak tahu berhenti, tapi selalu ditinggal ketika rasanya hampir memiliki.
Menjadi yang pintar mengobati pun percuma, jika aku kelak gagal di cinta yang lain lagi. Tapi aku tak mau yang lain. Sebab yang lain tentu bukan kamu.
Apa ini maksud daripada semesta?
Memberikan semacam firasat, supaya aku mampu melepasmu yang bukan lagi untuk sesaat? Apa ini alasan di balik segala kedekatan? Supaya aku menyadari bahwa yang sudah lama akrab, belum tentu bagian dari sebuah jawab?

Bahagiakah kamu bersamanya? Sebab, sepertinya sudah tak perlu lagi kuminta, agar kamu mendapat apa yang sudah kamu punya. Benar atau pun tidak, mulailah jalani hari-hari barumu dengannya. Biar hati kecil mulai terbiasa untuk melepas dengan rela.
Biar tak perlu kucari-cari apa yang telah tiada..!!